Evakuasi Hari Keenam Ponpes Al-Khoziny, Senator Lia Istifhama Ungkap Kisah Haru Haikal: “Korban Meninggal Insya Allah Syahid”

SIDOARJO — Memasuki hari keenam sejak ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, proses evakuasi masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Hingga Sabtu (4/10/2025), tercatat 167 orang menjadi korban dalam tragedi tersebut.

“Dari total korban, 118 orang telah ditemukan dengan rincian 103 orang selamat, 14 orang meninggal dunia, dan satu orang kembali ke rumah tanpa penanganan medis lanjutan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.

Sementara itu, 14 korban lainnya masih dirawat di rumah sakit, 89 telah diperbolehkan pulang, dan satu orang dirujuk ke RS di Mojokerto. Sebanyak 49 orang santri lainnya masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan.

Doa dan Empati dari Para Tokoh

Tragedi robohnya musala yang sedang dalam proses pembangunan lantai empat ini mengundang simpati luas. Sejumlah tokoh nasional dan daerah bergantian menjenguk korban di rumah sakit, antara lain Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Menko PMK Abdul Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Bupati Sidoarjo H. Subandi, serta Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama.

Salah satu korban yang menjadi perhatian publik adalah Syailendra Haikal (13), santri yang berhasil selamat setelah lebih dari dua hari tertimbun reruntuhan. Kisahnya viral di media sosial setelah percakapan lirihnya dengan tim penyelamat menggugah ribuan warganet.

“Semuanya sakit,” ucap Haikal pelan saat disapa tim rescue Aziz pada 30 September lalu — kalimat pendek yang kemudian membekas di hati masyarakat.

“Masya Allah, Anak yang Sangat Tegar”

Senator Lia Istifhama, yang akrab disapa Ning Lia, sempat menjenguk Haikal di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10). Ia datang didampingi relawan LazisNU Care Jatim serta kedua orang tua Haikal, Abdul Hawi dan Dwi Ajeng.

“Haikal usianya hampir sama dengan anak saya, hanya selisih satu bulan. Saat saya menatap matanya, terlihat jelas rasa sakit yang luar biasa, tapi dia sangat tegar. Masya Allah,” tutur Lia dengan mata berkaca-kaca.


Kisah di Bawah Reruntuhan

Dari penuturan Lia dan keluarga, diketahui bahwa Haikal dan rekannya, Yusuf (16), tertimbun dalam posisi cukup berjauhan. Meski tidak saling berdekatan, keduanya masih sempat berkomunikasi selama proses evakuasi yang dramatis.

“Bayangkan, mereka shalat berjamaah dengan shaf berdekatan. Tapi saat runtuhan menimpa, posisi keduanya terpisah beberapa meter. Bagaimana dengan santri lain yang di sekitar mereka? Masya Allah, hanya bisa kita doakan kekuatan bagi para orang tua yang menunggu kabar anak-anaknya,” ungkap Lia haru.

Di hari pertama tertimbun, Haikal sempat merasakan haus yang luar biasa. Menurut ceritanya kepada sang ibu, muncul sosok anak kecil yang datang membawakannya air minum.

“Kakak haus?” tanya anak kecil itu, sebelum tiba-tiba menghilang begitu saja.

“Kita tidak tahu apakah itu halusinasi positif atau mukjizat. Tapi yang jelas, Haikal menjadi saksi hidup bagaimana kasih sayang Allah hadir di tengah musibah,” tutur Lia.

Salat di Tengah Gelap dan Puing

Meski tubuhnya terjepit beton dan hampir tidak bisa bergerak, Haikal tetap berusaha menunaikan salat. Ia bahkan mengajak teman-temannya yang juga tertimbun.

“Ayo salat, ayo salat,” katanya lirih di tengah kegelapan.

Haikal bercerita sempat mendengar suara seseorang mengimami, namun ketika Subuh tiba, sahutannya tak lagi berbalas. Di situlah ia menyadari sahabatnya telah tiada.

Ibunda Haikal, Dwi Ajeng, menuturkan, “Bayangkan, di tengah kegelapan dan puing yang menindih, anak saya masih ingat salat. Itu membuat saya tak berhenti bersyukur dan menangis.”

Bertahan dengan Ilmu Sekolah

Lia menyebut, Haikal bukan hanya kuat secara iman, tapi juga cerdas. Ia memilih tidak banyak bergerak agar tetap hemat energi, mengingat pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) di sekolah.

“Dia sadar bahwa semakin banyak bergerak, semakin cepat energi habis. Ia benar-benar menerapkan apa yang ia pelajari. Luar biasa,” ujar Lia salut.

Cita-Cita Jadi Tentara dan Sekolah di Probolinggo

Setelah selamat, Haikal menyampaikan keinginan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Probolinggo, dekat rumah keluarganya. Ia juga bercita-cita menjadi seorang tentara.

“Kami sudah berkomunikasi dengan pihak sekolah dan mendapatkan lampu hijau, meski masih perlu koordinasi dengan Dinas Pendidikan,” jelas Lia.
“Mari kita doakan agar Haikal segera pulih dan cita-citanya tercapai. Ia memiliki iman, kecerdasan, dan keteguhan yang luar biasa. Sosok patriot sejati,” tambahnya.

“Korban Meninggal Insya Allah Syahid”

Menurut laporan Basarnas, Haikal berhasil dievakuasi pada Rabu (1/10) pukul 15.22 WIB, sebagai korban ke-13 yang ditemukan. Sebelumnya, tim menemukan salah satu korban meninggal dalam posisi sujud, hanya beberapa meter dari lokasi Haikal tertimbun.

“Korban yang meninggal, insya Allah syahid. Mereka wafat saat menunaikan salat dan mencari ilmu. Dalam hadis disebutkan, tidak akan masuk neraka orang yang menunaikan salat sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam,” ujar Lia.

Ia menegaskan, para santri adalah penerus moral bangsa.

“Duka mereka adalah duka kita. Santri adalah pondasi religiusitas negeri ini. Maka keselamatan dan kesejahteraan mereka adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *